Terimakasih, dungkok. :)

Hai.
Terimakasih.
Terimakasih telah mengajarkanku arti sebuah kepercayaan, kesetiaan, dan janji.
Terimakasih karna bersamaku, menghiasi hariku dengan kekonyolan dan kebaikan dirimu.
Terimakasih telah menjadi seseorang yang selalu kubanggakan, bahkan di depan orangtuaku.
Terimakasih untuk tetap disini bersamaku, menemaniku saat aku terpuruk, tetap setia bersamaku walau aku menyakiti hatimu, dan tak pernah lelah berjuang bersama.
Terimaksih telah mengingatkanku untuk tidak lelah menunggumu, meyakinkanku bahwa kau memang selalu bersamaku.
Terimakasih untuk semua perhatian itu, entah apa maksudnya, aku berharap perhatian yg kau berikan itu tulus dari hatimu, bukan sekedar rasa bertanggung jawab atau ‘tidak enak’.
Terimakasih  telah membantuku menuliskan cerita ini, cerita indah dan penuh luka. Tapi kamulah obatku sehingga aku bisa menjadi kuat, tapi hey...apa selama ini kamu juga menganggapku sebagai penyembuhmu?
Terimaksih telah berjanji untuk tetap tinggal.
Setiap langkah, setiap putaran roda, setiap kata yang pernah terucap,setiap doa, setiap sentuhan, setiap tatapan mata, masih sangat kurindukan…sampai sekarang.
Persetan dengan jarak!! Perasaan ini lebih kuat untuk berjuang agar tetap dipertahankan. Hati ini tak gentar untuk terus bertarung melawan prasangka buruk. Bahkan raga ini pun rela membunuh jarak agar bisa bersama mengobati rindu.
Tak ada keraguan. Kepercayaan itu sepenuhnya mengisi tanganmu.

Seketika, saat kejujuran yang sebenarnya kamu ungkapkan.
Kebersamaan itu tinggal kenangan, yang hanya kau ingat tapi tak berarti apapun bagimu.
Kebanggaan itu tak seharusnya kuagungkan, karena kau tak pantas untuk itu.
Dan kamu pun lelah, rasa rindumu terlalu kuatkah? Hingga akhirnya kamu tak bisa membendungnya lagi? Hingga akhirnya kamu jenuh menunggu, lalu menyerah. Keberanianmu hilang.
Hey…saat kau lelah, yakinlah bahwa aku selalu bersamamu.
Ternyata perhatian itu adalah sebuah kamuflase. Lucu…menyakitkan.
Dan aku terlalu banyak berharap, kamu tidak pernah menganggapku sebagai penyembuh lukamu. Kamu tidak pernah menganggapku ada untuk menghiburmu. Lalu dimana sebenarnya kamu menganggap kebaradaanku?
Janjimu hanya sebaris kata-kata. Kamu bukan seorang lelaki. Kamu lemah!! Tak mau berjuang menepati janji.
Akankah setiap yang kita lalui menjadi sia-sia? Salahkah aku merindukan setiap hal dari dirimu?
Bukan jarak yang salah, tapi kita. Aku salah mengorbankan semua yang kupunya hanya untukmu. Aku salah berjuang hanya untuk mempertahankan kebersamaan yang sebenarnya tidak kita miliki. Aku salah melukai hati hanya untuk mengobati orang yang tidak memperdulikanku.
Awalnya kejujuran yang diuji. Jujur bahwa sebenarnya tak ada kasih yang kau berikan, itu hanya belas kasihan.
Kesetiaan tadinya adalah kunci kita bertahan. Kesetiaanku telah diuji, mungkin kamu menilainya salah, atau mungkin kesetiaanmu lah yang sebenarnya sedang diuji.
Karena janji yang tak mau ditepati, kepercayaan itu sepenuhnya mati.

Kamu…apa kamu hanya ingin membalas semua rasa sakit yang pernah aku sebabkan?
SELAMAT YA…KAMU BERHASIL!! :)

Tapi aku akan tetap berjuang, mengobati rasa sakit yang kuterima.
Terimakasih telah mengajarkanku bagaimana rasa sakitnya. Kamu terlalu baik…

Share this:

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar