Sehari denganmu di Labirin

Pagi itu, aku melihatmu dengannya. Setitik penasaran pun tak muncul untuk bertanya tentang kehidupan dan arahmu. Pagi itu, kau memilih wanita penunjuk arahmu.

Menjelang siang, kita mulai terbiasa berteman, menolong satu sama lain. Senda gurau menjadi pemanis awal pertemanan. Menjelang siang, kita bertemu di perempatan labirin. Namun, kau dan wanitamu berbelok ke arah yang berbeda denganku.

Aku hanya sendiri di siang bolong. Berteman matahari dan keringat, mengharapkan angin sejuk memeluk. Saat yang bersamaan, ku lihat tubuhmu, yang bersimbah luka masa lalu itu, menghampiri seraya menawarkan berjalan bersama.

Kaki-kaki ini masih ragu melangkah berdampingan, tangan ini masih kaku digenggam rasa, dan mata ini menatapmu nanar. Dapatkah kita berjalan menuju senja, beriringan?

Guratan oranye di langit jingga. Ah, aku selalu menyukainya. Terlebih saat ada yang duduk disampingku, menceritakan seluruh hari. Tapi ternyata, aku lebih menyukaimu, di setiap waktu, di setiap sudut labirin.

Malam ini, denganmu, kita lukis langit mimpi. Tata peta kehidupan dengan bintang menuju ujung labirin. Malam ini, denganmu, aku tak takut lagi. Malam ini, denganmu, aku memilih jalanku, jalan kita. Karena esok, denganmu, akan banyak perempatan labirin...yang meragukan langkah kita.

Share this:

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar